• Kamis, 28 September 2023

STUNTING: Wanita masih subordinasi dalam keluarga

- Jumat, 10 Juli 2020 | 00:11 WIB
WhatsApp Image 2020-07-09 at 19.53.33
WhatsApp Image 2020-07-09 at 19.53.33

DEPOK (eNBe Indonesia) - Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do memberi penekanan stunting dalam perspektif yang lebih mendasar. Sebagai seorang dokter, Bupati Don memahami sangat baik pola makan ibu hamil, berikut pengaruh budaya pada perempuan.

"Saya omong hal praktek budaya. Bapa ibu camat dan desa sebagai kepala wilayah, 'mosa nua' di masing-masing tempat. Secara budaya, kita di Nagekeo bawa belis baru dapat istri. Wanita masih subordinasi dalam keluarga. Pekerjaan besar kita justru pada budaya. Bagaimana menempatkan wanita pada posisi yang lebih menentukan penggunaan sumber daya dalam rumah tangga, selaku pemegang 'resource alocation'. Dia menentukan 'uang sekarang dipakai untuk beli apa dan untuk siapa'. Untuk keluarga terdidik, mungkin bisa. Namun bagi yang tidak terdidik, hal ini menjadi masalah serius."

Hal ini disampaikan Bupati Don dalam acara Rembuk Stunting di Nagekeo kemarin (9/7) diselenggarakan oleh Bappelitbang Nagekeo.

Di Nagekeo, ketika anak perempuan "nuka sao" (masuk rumah suami-red) di rumah mertua, dia makan dan minum setelah mertuanya makan. "Ini sesuatu yang biasanya luput dari perhatian kita sebagai pemimpin di kecamatan maupun desa. Kita harus bicara dengan tokoh masyarakat di sana tentang hal-hal seperti ini. Pastikan bahwa seorang ibu apalagi dalam risiko hamil, status gizinya harus bagus. Hb darah, lingkar lengan atasnya, harus bagus," tandas Bupati Don.

"Oleh karena itu, kita menyiapkan anak wanita yang kita tidak tahu kapan dia hamil. Sejak menstruasi pertama, harus mendapat layanan pemeriksaan Hb darah. Mulai dengan pendekatan institusional di sekolah. Perlu pemeriksaan Hb kaum remaja putri, pemberian tablet besi kepada mereka. Karena kita pun tidak tahu kapan dan dengan siapa dia hamil."

Bupati Don juga menekankan ihwal penanganan langsung untuk remaja berkaitan dengan Hb dan tablet besi. Pemerintah, ujarnya, harus bisa siapkan tablet besi, sebuah pendekatan praktis. ""Ibu menanggung risiko urus anak. Sepanjang ibu tidak punya otoritas yang kuat, usaha kita untuk atasi masalah stunting ini mendapat tantangan besar sekali. Sebab 1000 hari pertama dalam hidup, ada di tangan ibunya. Rumah adalah teritori manusia termasuk anak. Definisi klasik, manusia adalah binatang berakal budi. Ada kata "binatang". Ada kecenderungan dasar yaitu menguasai teritori. Ketika anak-anak di rumah tidak ada teritori, maka mereka akan mencari teritori baru di luar rumah. Saat itulah malapetaka akan terjadi di dalam rumah karena kita tidak mampu mengendalikan anak-anak kita."

-

Editor: Redaksi

Tags

Terkini

Wolobobo Ngada Festival & Semarak Tiga Etnis

Minggu, 18 September 2022 | 13:18 WIB

Ajak Indonesia Berkain: Membaca Motif Wastra Sumba

Minggu, 14 Agustus 2022 | 08:19 WIB

ASN wajib pakai sarung tenun, ada yang salah kaprah

Selasa, 19 Januari 2021 | 08:28 WIB

Patung Marilonga di Ende Direkonstruksi Ulang

Kamis, 9 Januari 2020 | 13:27 WIB
X